Senin, 26 April 2021

Memeluk Diri

Sore kemarin aku pergi ke sebuah cafe dengan membawa kenangan bersamamu. 
Seorang pelayan yang mengantarkan ku pesanan. Bertanya padaku, sendirian saja ya kak? Aku malas menjawabnya. 
Jelas-jelas iya sudah memperhatikan ku dengan lama dan menduga-duga bahwa aku memang datang sendiri, memesan kopi panas lalu memilih duduk dipojokan cafe.
Aku tau ia hanya ingin memastikan nya lagi. 
Huh padahl Aku sudah terbiasa berteman dengan sepi dan memeluk diri. 

Sebenarnya aku bisa saja mengirim sebuah pesan untukmu. 
"Hai aku sendirian disini, dapatkah kamu menemaniku?" Tapi aku urungkan niatku. 
Aku takut tidak ada tempat lagi yang tersisa tanpa kenangan bersamamu. 
Aku juga takut kau terpaksa datang karena merasa kasihan kepadaku. 
Aku juga tak ingin kau mendapati mataku yang sendu saat menatap matamu. 

Terakhir kali pun kamu tidak membalas pesanku. Itu sudah cukup memberitahuku bahwa kamu hanya ingin aku pergi. 
Aku menyadari bahwa kamu ingin membuang ku jauh-jauh. 

Dan jika aku boleh jujur, akhir-akhir ini kehilangan, ketakutan, kesedihan, datang memelukku lagi. Sudah lama sekali aku tidak merasakan ini. Sudah lama sekali aku tidak memeluk diri. 
Rasanya aku ingin bertahan saja memeluk diri, tanpa menerima siapapun selain tuan. Tapi tuan tidak mungkin kembali lagi. 
Dan aku tidak tau sampai kapan aku akan begini, bertahan dan memeluk diri. 

Kamis, 08 April 2021

Teruntuk tuan yang tidak lagi menjadi kekasihku

Teruntuk tuan yang tidak lagi menjadi kekasihku. 
Hai tuan. 
Apa kabar? 
Aku harap kamu tidak merasakan hal yang sama sepertiku. 
Menangis di saat semua orang sudah tertidur, memeluk diri dan tersenyum palsu. Berteman dengan ketakutan yang semakin hari semakin membesar. 
Aku harap kamu baik-baik saja dan ada seseorang yang memelukmu disana. 
Aku harap saat ini kamu sedang menikmati wortel mentah sembari menyelesaikan skripsimu. 

Tuan.
Aku bingung harus memulai nya dari mana. 
Mustahil untuk menghilangkan perasaan yang telah dibangun 2 tahun. 
Kita pernah berpegang pada janji bahwa bersama adalah satu-satunya tujuan. 
Tapi ternyata, perahu yang kita naiki membawa kita pada arah yang berbeda. 
Bisakah kita merubah arah perahu ini lagi tuan? 
Bisakah? 
Bisakah kita kembali ke malam itu tuan?
Menyelesaikan nya baik-baik. Lalu tertidur dan terbangun dengan perasaan yang tenang. 
Tidak seperti saat ini, aku terbangun dengan perasaan bersalah setiap harinya. 
ini terasa berat tuan. Aku merasa kesulitan. 
Aku belum bisa dan belum terbiasa tanpamu. 

Bukan maksudku kamu telah menabur garam pada lukaku. Jangan salah paham. Aku tahu dan kamu pun tahu. Aku tumbuh dari kepiluan yang nyata. Sedari dulu aku sudah lama memelihara luka. 
Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ingin dicintai seperti saat kamu menikmati lagu sombanusa favoritmu. 
Aku ingin dicintai seperti cara mu berfikir keras untuk merampungkan tulisanmu. 
Aku ingin dicintai seperti caramu mencintai kamu dan hidupmu. 
Aku hanya ingin kamu tahu betapa dalam aku memelihara luka karena egoku masih ingin kamu. 

Dan tuan. 
Aku tidak memintamu mengasihaniku dan memaksamu kembali padaku. Jangan salah paham. Aku pun tahu, perasaan yang aku berikan padamu sudah membuat kamu sangat terbebani. Maaf tuan aku tidak memiliki kemampuan untuk merubah perasaanku pada seseorang selain kamu. 








Memeluk Diri

Sore kemarin aku pergi ke sebuah cafe dengan membawa kenangan bersamamu.  Seorang pelayan yang mengantarkan ku pesanan. Bertanya padaku, sen...